Sebuah terowongan panjang yang dibangun oleh kelompok pejuang Hamas terbentang di Gaza. Di sana, merupakan tempat persembunyian pasukan Hamas, persenjataan mereka, dan diduga juga menjadi tempat di mana lebih dari 200 sandera Israel berada.
Selain Hamas, Jihad Islam sebagai kelompok perlawanan Palestina juga menggunakan akses terowongan tersebut untuk bergerilya.
Israel menargetkan terowongan ‘jaring laba’laba’ apabila ingin melumpuhkan pergerakan kelompok perlawanan dari Palestina, khususnya Hamas. Namun, persenjataan berbasis teknologi militer yang dimiliki Israel memiliki kelemahan ketika memasuki pertempuran dalam kota.
Hamas memainkan peran unggul dalam peperangan di permukiman padat penduduk, sekaligus mereka juga menguasai setiap sudut yang ada di wilayah kekuasannya.
“Saya biasanya mengatakan ini seperti berjalan di jalanan menunggu untuk ditinju wajahnya,” ungkap John Spencer, pensiunan Mayor Angkatan Darat Amerika Serikat dan ketua Studi Peperangan Perkotaan di Modern War Institute di West Point, dikutip dari CNA, Selasa, 31 Oktober 2023.
Spencer menyampaikan Israel perlu memikirkan lokasi persembunyian Hamas. Terlebih lagi, Hamas sangat menguasai titik buta wilayahnya, dan bisa melihat pasukan Israel tanpa pasukan zionis itu melihat mereka.
Dilansir dari CNA, militer Israel mengaku telah melakukan serangan udara terhadap 150 target bawah tanah Hamas di Gaza utara pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Serangan itu diklaim sebagai peledakan terowongan paling signifikan yang pernah dilakukan Israel.
Strategi Terowongan
Peperangan menggunakan terowongan merupakan strategi yang dipakai sejak pengepungan Romawi di Ambrarica di Yunani kuno hingga perang Ukraina menahan perlawanan Rusia di terowongan era Soviet sepanjang 24 kilometer di bawah pabrik besi dan baja Azovstal Mariupol selama 80 hari pada tahun 2022.
Terowongan dianggap sebagai strategi perang yang paling sulit dijalankan oleh tentara. Ppertempuran di dalam terowongan akan lebih menarik karena ruang gerak yang terbatas dan bisa dilakukan penyergapan dadakan kapan pun.
Israel menyebut terowongan Hamas di Jalur Gaza dengan nama ‘metro’.
Kelompok pejuang Hamas semakin memperluas ‘jaring laba-labanya’ dan memasukkan senjatanya ketika Israel dan Mesir memblokade akses masuk ke Gaza pada tahun 2007. Meskipun Mesir mengaku telah menutup sebagian besar terowongan milik Hamas, kelompok pejuang Palestina masih mempunyai terowongan yang lebih besar untuk memasok senjata, perbekalan, dan pesawat tempur tanpa terlihat oleh drone Israel.
Pemimpin politik Hamas, Yehiyeh Sinwar mengatakan pada tahun 2021 bahwa kelompok itu mempunyai terowongan sepanjang 500 kilometer. Adapun luas Jalur Gaza sekitar 140 meter persegi, bisa diperkirakan ukuran terowongannya dua kali luas Washington DC.
“Mereka mulai mengatakan bahwa mereka menghancurkan terowongan Hamas sepanjang 100 kilometer. Saya beritahu Anda bahwa terowongan yang kami miliki di Jalur Gaza melebihi 500 kilometer,” ungkap Sinwar setelah perang berkecamuk selama 11 hari pada tahun 2021.
“Bahkan jika narasi mereka benar, mereka hanya menghancurkan 20 persen terowongan,” lanjut dia.
Militer Israel telah merasakan dampak dari strategi terowongan milik Hamas sejak tahun 2001. Saat itu pos perbatasan Israel diledakkan melalui terowongan oleh Hamas. Sejak tahun 2004, Israel mengerahkan detasemen Samur atau ‘Musang’ untuk mencari terowongan yang ada.
Israel melancarkan serangan udara dan darat untuk menghancurkan terowongan di masa lalu. Namun perlu pembersihan total untuk mengusir Hamas, yang sering muncul tiba-tiba.
Pada perang tahun 2014, pejuang Hamas berhasil membunuh lebih dari 11 tentara Israel yang menyusup ke Israel lewat terowongan. Bahkan Hamas sempat membunuh seorang perwira Israel, Letnan Hadar Goldin dan menahan jasadnya di sana.
Mantan tentara Israel, Ariel Bernstein yang ikut bertempur pada tahun itu memberikan kesaksian bahwa pertempuran di Gaza utara merupakan gabungan antara penyergapan, jebakan, tempat persembunyian, dan penembak jitu.
Dia mengatakan terowongan itu memberikan efek yang membingungkan dan tidak nyata, serta menciptakan titik buta ketika para pejuang Hamas siap menyerang dari arah yang tak terduga.
“Rasanya seperti saya sedang melawan hantu,” ujar Bernstein.
Serangan Udara Israel
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant pada hari Jumat mengungkapkan serangan darat ke Gaza akan sulit dilakukan dan bisa memakan waktu lama untuk membongkar jaringan terowongan milik Hamas yang luas.
Oleh karena itu, Israel memasang strategi dengan memblokade akses distribusi bahan bakar ke Gaza sejak serangan 7 Oktober lalu. Gallant menyebutkan Hamas akan menyita bahan bakar untuk generator yang memompa udara ke jaringan terowongan.
Militer Israel mengkalim telah melancarkan serangan udara yang sangat berpengaruh terhadap target bawah tanah Hamas pada hari Jumat. Serangan udara umumnya digunakan untuk melumpuhkan terowongan musuh.
Korban jiwa akibat serangan udara Israel mencapai lebih dari 8.300 orang, menurut Kementrian Kesehatan Gaza. Adapun jaringan bawah tanah hanya tersentuh sedikit akibat serangan itu.
Secara terpisah, militer AS pernah bertempur melawan Vietnam dan melumpuhkan terowongan Cu Chi sepanjang 120 km yang ada di sana. Mereka sering terkena jebakan, tikungan tajam, dan kondisi gelap saat mencoba menyusup.
Amerika memborbadir Vietnam dengan B-52 tanpa henti hingga berhasil menghancurkan terowongan yang ada. Rusia juga melakukan serangan serupa terhadap pabrik baja Ukraina pada tahun 2022.
Amerika juga pernah kesulitan ketika menghancuurkan terowongan milik ISIS di Afghanistan pada tahun 2017 dan menjulukinya ‘induk dari segala bom’, senjata nonnuklir terbesar yang pernah dipakai dalam pertempuran AS.
Tantangan Kompleks
Tantangan Israel menghadapi terowongan Hamas merupakan sebuah kompleksitas nyata. Kelompok pejuang tersebut berhasil menyandera warga Israel lebih dari 200 orang, serta menewaskan sedikitnya 1.4000 orang.
Pembebasan seorang relawan kemanusiaan, Yocheved Lifshitz, 85 oleh Hamas pekan lalu menjadi petunjuk bagi Israel bahwa mereka menggunakan terowongan sebagai tempat sandera. Lifshitz mengatakan terowongan itu seperti ‘jaring laba’laba’.
Menurut Soufan Center, membersihkan terowongan dengan sandera yang berada di sana menjadi kendala yang menghambat prosesnya. Israel selama ini mengandalkan robot dan intelijen lainnya untuk menggambarkan peta terowongan dan potensi jebakannya.
“Mengingat perencanaan metodis yang terlibat dalam serangan itu, tampaknya Hamas akan menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan tahap berikutnya, melakukan persiapan ekstensif di medan perang di Gaza,” ungkap Soufan Center dalam pernyataan tertulis.
“Penggunaan sandera sebagai perisai manusia akan menambah kerumitan dalam pertarungan,” imbuh dia.
Apabila Israel nekat menghadapi pertempuran terowongan, maka mereka akan bersiap menerima klaustrofobia yang menakutkan. Daphne Richemond Barak, seorang profesor di Universitas Reichman Israel memperingatkan teknologi militer Israel akan tunduk dengan sistem terowongan Hamas.
“Ketika Anda memasuki sebuah terowongan, terowongan itu sangat sempit, gelap dan lembab, dan Anda dengan cepat kehilangan kesadaran akan ruang dan waktu,” tutur dia.
“Di tikungan? Apakah ini akan menjadi penyergapan? Tidak ada yang bisa datang dan menyelamatkan Anda. Anda hampir tidak dapat berkomunikasi dengan dunia luar, dengan unit Anda,” tambah dia.
Israel terpaksa akan menembak para sandera dalam pertempuran di medan perang karena posisi mereka ada di luar kendali. Perangkap bahan peledak juga bisa mengubur hidup-hidup para sandera dan tentara ketika sudah di bawah tanah. (Abdurrahman Addakhil)
Baca juga: Serangan Israel di Gaza Tewaskan 55 Orang Termasuk Bocah 6 Tahun
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
(WIL)
Quoted From Many Source