Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah emiten konglomerasi telah merilis kinerja keuangan di kuartal tiga tahun 2023. Hasilnya, sejumlah grup berhasil mencetak lonjakan kinera, namun ada pula yang mencetak rapor merah.
Salah satu konglomerasi yang sudah merilis laporan keuangan adalah grup PT Astra International Tbk (ASII). ASII membukukan kenaikan laba bersih tahun berjalan sebesar 10,12% secara tahunan (yoy) sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2023.
Merujuk pada laporan keuangannya, laba emiten grup Astra ini per September 2023 tercatat sebesar Rp 25,69 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan membukukan laba sebesar Rp23,33 triliun.
Dari sisi top line, Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 240,91 triliun. Angka ini naik 8,83% secara tahunan (yoy). Sementara itu beban pokok penjualan ikut terkerek 10,14% yoy ke Rp187,32 triliun.
Sementara itu, emiten konglomerat milik Anthoni Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) INDF mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp7,08 triliun, naik 52,45% YoY. Ia pun membukukan penjualan bersih sebesar Rp83,88 triliun atau bertumbuh 3,79% year-on-year (YoY).
Di sisi lain, emiten konglomerasi milik Harry Tanoe PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan sebesar Rp870,54 miliar atau melemah 47,45% YoY. Hal ini setelah pihaknya mencatatkan pendapatan usahanya terkerek 17,54% menjadi Rp6,04 triliun sepanjang Januari-September 2023.
Beralih ke konglomerasi milik Bakrie, PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) meraih laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp123,12 miliar atau naik 0,56% YoY. Perolehan ini ditopang pendapatan usaha yang tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau melesat 31,77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bila dibandingkan, dari keempat perusahaan tersebut yang memiliki lonjakan laba terbesar adalah emiten di sektor konsumer alias INDF. Setelah itu, baru diikuti dengan ASII dan BNBR. Sementara MNCN merupakan satu-satunya yang mencatatkan kinerja minus di kuartal III/2023 ini.
Namun, jika diurut berdasarkan besaran laba, ASII masih menjadi yang paling besar denga capaian Rp25,69 triliun. Sementara INDF menyusul di Rp7,08 triliun. Selanjutnya, MNCN dan BNBR menyusul masing-masing Rp870,5 miliar dan Rp123,12 miliar.
Valuasi Terbaik?
Jika ingin menghitung valuasi saham, investor bisa mempertimbangkan proyeksi kinerja ke depan dan melakukan analisis fundamental hingga teknikal menggunakan rasio PER atau Price to Earning Ratio dan PBV atau Price to Book Value.
PER akan menunjukkan indikasi harga saham saat ini setara dengan berapa jumlah imbal hasil bersih dalam kurun waktu satu tahun. Sementara PBV adalah rasio untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan.
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, saham INDF dan ASII memiliki valuasi yang baik, sementara MNCN dan BNBR menyusul setelahnya.
“Jadi Astra sekarang itu harga sahamnya itu salah satu yang terendah dalam 5 tahun terakhir, Indofood juga sama, beberapa bulan yang lalu itu sempat Rp8 ribu, sekarang tinggal sisa Rp6 ribuan,” ujar Teguh lewat sambungan telepon, Rabu, (15/11/2023).
Lini bisnis INDF yang menjual consumer goods yang masih akan menggeliat tahun depan dan diversifikasi lini bisnis ASII membuat keduanya menjadi emiten konglomerasi yang dinilai bervaluasi bagus oleh Teguh.
Meski begitu, MNCN yang memiliki harga ‘terendah’ dengan PBV 0,29 justru dinilai memiliki valuasi yang kurang menguntungkan. Mengingat, prospek bisnis media yang sedang menurun.
“Memang lagi ada strength penurunan kinerja di perusahaan televisi. Kayaknya sih itu ada hubungannya dengan boomingnya TikTok, sekarang ini kan orang itu pindah dari televisi ke tontonan di gawai,” ungkapnya.
Setali tiga uang, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga menjagokan saham ASII dan INDF jika melihat dari valuasi di antara emiten konglomerasi lainnya.
“Selain fundamental bisnis kuat, prospek bisnis baik, secara potensi valuasi jangka panjang masih mengalami kenaikkan,” ujar Nico Demus.
Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, dari keempatnya, saham BNBR lah yang memiliki valuasi dan prospek yang kurang menguntungkan.
“Tiga dari 4 saham itu bagus kecuali BNBR. Untuk prospek, saya pikir urutannya dari yang terbagus adalah ASII, INDF, dan MNCN,” papar Budi.
Sebagai gambaran, berikut rincian kinerja saham empat emiten konglomerasi per 16 November 2023:
Emiten
|
Laba
|
Kinerja (YoY)
|
PER
|
PBV
|
INDF
|
Rp7,08 triliun
|
52,45%
|
6,00
|
0,97
|
ASII
|
Rp 25,69 triliun
|
10,12%
|
6,80
|
1,22
|
BNBR
|
Rp123,12 miliar
|
0,56%
|
6,73
|
0,53
|
MNCN
|
Rp870,54 miliar
|
– 47,45%
|
5,06
|
0,29
|
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Cerita Runtuhnya Kerajaan Bisnis Salim Usai Berjaya 3 Dekade
(fsd/fsd)
Quoted From Many Source