Pakar Bioteknologi UGM Temukan Padi Berpigmen Lebih Resisten Terhadap Hama

Berita, Teknologi29 Dilihat

Jakarta: Pakar Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yekti Asih Purwestri, menemukan padi berpigmen lebih resisten terhadap hama. Hal ini ditemukan melalui penelitian dengan green biotechnology sebagai satu upaya mendukung penanaman hijau ramah lingkungan.
 
“Green biotechnology ini tidak hanya meningkatkan kuantitas, tapi juga kualitas tanaman. Salah satunya itu tanaman pangan padi. Dan dalam penelitian itu, padi berpigmen sangat menarik,” kata Yekni dalam Seminar Nasional bertema “Biotechnology Approach for Green Transition” yang digelar Sekolah Pascasarjana UGM dikutip dari laman ug.ac.id, Senin, 6 November 2023.
 
Asih mengatakan padi berpigmen memiliki nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan padi putih. Padi berpigmen juga dapat digunakan sebagai model tanaman untuk mempelajari mekanisme ketahanan terhadap stress biotik dan abiotik.

Padi berpigmen, seperti beras merah, cempo ireng, dan inpari arumba memang belum banyak menjadi konsumsi pokok masyarakat. Padahal, kandungan nutrisinya lebih tinggi dan lebih rendah gula dibandingkan dengan beras putih.
 
Tanaman padi beras putih yang banyak diproduksi di Indonesia seringkali mengalami gagal panen akibat hama, seperti Xanthomonas oryzae pv. Oryzae (XOO) atau Hawar Daun. Hama ini menyebabkan sebagian daun berubah coklat dan pertumbuhan padi tidak maksimal.
 
Uniknya, penelitian mengungkap padi berpigmen jauh lebih resisten terhadap hama ini. “Kita lakukan penelitian dengan menginfeksi tanaman, kemudian kita cek bagaimana ketahanan tanaman terhadap bakteri. Kita temukan bahwa Pari Ireng dan Cempo Ireng itu mempunyai ketahanan atau resisten terhadap bakteri XOO,” papar Asih.
 
Asih juga memaparkan inovasi green biotechnology pada bambu. Bambu adalah salah satu tanaman yang memiliki potensi tinggi pada industri.
 
Bambu selama ini dikenal sebagai bahan membuat perabotan rumahan, bahan makanan, hingga alat musik. Namun, pemanfaatannnya hanya dalam skala kecil.
 
Marc Peeters, dari PT Bambu Nusa Verde menuturkan berbagai potensi bambu untuk industri. Dia mengungkapkan Cina sudah banyak memanfaatkan bambu. “Bambu bisa diolah jadi banyak hal, bisa untuk industri, tekstil, pangan, obat-obatan, bahkan perumahan. Cina itu mayoritas masyarakatnya juga memanfaatkan bambu,” kata Marc.
 
Marc menuturkan pemanfaatan bambu harus disesuaikan antara varietas tanaman dengan kebutuhannya. Bambu memiliki ketahanan dan kekuatan berbeda tergantung jenisnya.
 
Dia menyebut jenis bambu yang rapuh tidak bisa dijadikan sebagai fondasi bangunan. Sebaliknya, jenis bambu padat dan kuat, sayang bila hanya dimanfaatkan sebagai dekorasi.
 
Marc mengatakan diperlukan riset dan teknologi untuk mencari kecocokan varietas bambu ataupun upaya penggabungan. Hal itu agar hasil panen bambu dapat dimanfaatkan maksimal.
 
Inovasi bambu maupun padi adalah bagian dari upaya untuk memenuhi poin-poin Suistanable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan PBB. Aspek keberlanjutan semakin penting untuk menjamin kehidupan di masa depan.
 

Baca Juga  Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin H. Hani Syopiar Rustam, SH Memberikan Arahan Tegas Terkait Pemilu 2024. – Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Banyuasin

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(REN)

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *