Investor Tak Lagi Soroti Perang Israel-Hamas, Minyak Turun 4%

Berita, Teknologi12 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia dibuka kompak melemah pada perdagangan hari ini Rabu (8/11/2023) melanjutkan penurunan pada perdagangan sebelumnya.

Harga minyak mentah WTI dibuka turun 0,32% di posisi US$77,12 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melemah 0,33% ke posisi US$81,34 per barel.


Pada perdagangan Selasa (7/11/2023), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 4,27% di posisi US$77,37 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup terjun 4,19% ke posisi US$81,61 per barel.

Harga minyak turun lebih dari 4% pada hari Selasa ke level terendah sejak akhir Juli, karena data ekonomi China yang beragam dan peningkatan ekspor OPEC meredakan kekhawatiran tentang pengetatan pasar dan penguatan dolar.

Ketakutan para pelaku pasar mengenai konflik Timur Tengah kini mulai mereda. Selain itu, pemulihan ekspor minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga menambah tekanan pada harga minyak.

Ekspor minyak mentah OPEC naik sekitar 1 juta barel per hari (bph) sejak nilai terendahnya pada bulan Agustus, sebagai akibat dari penurunan permintaan domestik secara musiman di Timur Tengah. Tampaknya pasokan ini terlalu banyak untuk diserap oleh negara-negara konsumen minyak.

Minyak brent berada pada titik terendah dalam 2-1/2 bulan, menunjukkan berkurangnya kekhawatiran terhadap defisit pasokan.

Dari sisi permintaan, impor minyak mentah China pada bulan Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat namun total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.

Data tersebut menandakan berlanjutnya penurunan prospek ekonomi China yang didorong oleh memburuknya permintaan di negara tujuan ekspor terbesar negara tersebut.

Baca Juga  Penguatan Sektor Pangan Perlu Jadi Prioritas Pemerintah

Stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute. Badan Informasi Energi AS kini memperkirakan total konsumsi minyak bumi di negara tersebut akan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

Memudarnya harapan investor terhadap puncak suku bunga global juga membantu mengangkat dolar AS dari posisi terendah baru-baru ini, sehingga membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Bank sentral AS mungkin harus berbuat lebih banyak untuk mengurangi inflasi ke target 2%, ucap Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari. Investor sedang menunggu komentar dari Ketua Fed Jerome Powell, yang akan dirilis pada hari Rabu dan Kamis.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rekor! Minyak Catat Kenaikan Tertinggi Sepanjang 2023

(saw/saw)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *