IHSG Terbang 1% Lebih, BRI Cs Jadi Obat Kuat

Berita, Teknologi18 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Rabu (15/11/2023), ditopang oleh melandainya inflasi Amerika Serikat (AS).

Per pukul 09:17 WIB, IHSG melonjak 1,43% ke posisi 6.960,484. IHSG akhirnya berhasil menyentuh kembali level psikologis 6.900 pada awal sesi I hari ini. Adapun IHSG terakhir berada di level psikologis 6.900 pada perdagangan 18 Oktober lalu.

Sekitar 17 menit setelah dibuka, nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 2,1 triliun dengan melibatkan 5 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 172.718 kali. Sebanyak 300 saham naik, 138 saham turun dan 192 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 3,45%.

Di lain sisi, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.












Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI 17,77 5.225 2,96%
Bank Mandiri (Persero) BMRI 11,53 5.925 1,72%
Telkom Indonesia (Persero) TLKM 7,06 3.540 1,14%
Astra International ASII 6,83 5.775 1,76%
GoTo Gojek Tokopedia GOTO 6,29 85 4,94%
Bank Negara Indonesia BBNI 4,03 5.000 2,46%
Bank Central Asia BBCA 3,40 8.975 0,56%
Amman Mineral Internasional AMMN 3,39 7.250 1,40%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham perbankan berkapitalisasi pasar terbesar mendominasi movers IHSG pada sesi I hari ini, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 17,8 indeks poin.

Tak hanya BBRI, saham perbankan ‘jumbo’ lainnya yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menjadi movers IHSG.

Selain empat saham bank raksasa, emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga berhasil mendorong IHSG melesat lebih dari 1%.

IHSG yang melesat mengikuti pergerakan pasar saham global, setelah dirilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS) terbaru pada periode Oktober 2023.

Inflasi AS melandai ke 3,2% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan 3,7% (yoy) pada September serta di bawah ekspektasi pasar yakni 3,3%. Ini adalah kali pertama inflasi AS melandai dalam empat bulan terakhir.

Inflasi melemah ditopang oleh turunnya harga energi, terutama besin. Harga energi turun 2,5% pada bulan tersebut, mengimbangi kenaikan indeks pangan sebesar 0,3%.

Data menunjukkan harga konsumen AS secara bulanan (month-to-month/mtm)tidak berubah padaOktober karena masyarakat AS membayar lebih sedikit untuk bensin dan kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.

Inflasi Negeri Paman Sam yang kembali melandai membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)mungkin tidak akan menaikkan suku bunga.

Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun depan juga bergeser mengikuti data yang dirilis semalam waktu AS.

Perangkat CME FedWatch tool menunjukkan 99,8% pelaku pasar melihat The Fed masih akan menahan suku bunga pada Desember mendatang. Artinya, hingga akhir tahun suku bunga masih berada di level 5,25-5,50%.

Optimisme ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada akhir pekan lalu yang berada di kisaran 87%. Pelaku pasar bahkan kini memperkirakan adanya peluang penurunan suku bunga sebesar 65% di Mei 2024, dibandingkan dengan 34% pada Senin lalu.

Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin untuk melawan inflasi yang tinggi.

Melemahnya inflasi AS dan harapan akan The Fed yang tidak akan hawkish langsung membuat dolar AS ambles. Indeks dolar langsung melemah ke 104,08 pada perdagangan Selasa kemarin, terendah sejak 31 Agustus 2023 atau lebih dari dua bulan terakhir.

Pelemahan dolar ini menandai jika pelaku pasar tengah menjual dolar AS secara masif dan mengalihkannya ke instrumen lain. Rupiah bisa kembali dilirik investor asing sehingga bisa kembali menguat. Ketika rupiah terus menguat, maka hal ini juga akan berdampak ke pergerakan IHSG dan berpotensi menjadi salah satu pendorongnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Ngacir 1%, 6 Saham Ini Penopangnya

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Baca Juga  Ngacir! Rupiah Menguat Tajam Hari Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *