Bursa Asia Menghijau Lagi, KOSPI Melonjak 1% Lebih

Berita, Teknologi25 Dilihat

Jakarta, CNBC IndonesiaMayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguatpada perdagangan Selasa (14/11/2023), karena investor menantikan pembicaraan yang sangat dinanti antara Amerika Serikat (AS) dan China serta data ekonomi lainnya.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,48%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,42%, Shanghai Composite China naik tipis 0,09%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,6%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,35%

Dari Australia, sentimen konsumen memburuk pada awal November 2023, karena kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memicu kekhawatiran baru mengenai peningkatan biaya hidup.

Indeks Sentimen Konsumen Westpac-Melbourne Institute turun 2,6% menjadi 79,9 pada November, mendekati level terburuk sejak pandemi Covid-19.

Sentimen telah membaik dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah RBA mempertahankan suku bunganya untuk jangka waktu yang lama.

Namun setelah RBA menaikkan suku bunga di awal bulan dan memperingatkan mengenai inflasi yang lebih tinggi, hal ini pun memicu kembali kemerosotan sentimen tersebut.

“Sebanyak 73% konsumen yang disurvei memperkirakan suku bunga hipotek akan meningkat lebih lanjut dalam 12 bulan ke depan, naik dari 63% yang terlihat pada bulan lalu,” kata Westpac.

Data yang lemah pada November adalah “tanda buruk” bagi belanja konsumen, menjelang musim Natal. Hampir 40% responden mengatakan mereka berencana untuk mengurangi pengeluaran untuk membeli hadiah tahun ini, sebuah tren yang berdampak buruk pada musim liburan yang padat belanja ritel.

Konsumen juga semakin pesimistis terhadap pasar perumahan, namun tidak terlalu pesimis terhadap prospek perekonomian jangka pendek.

Kenaikan suku bunga RBA sebesar 25 basis poin pada minggu lalu dipandang sebagian besar bersifat dovish oleh pasar keuangan, setelah memicu reli saham-saham Australia dan melemahnya dolar. Secara khusus, para pedagang mengatakan bahwa Gubernur RBA, Michele Bullock memberikan nada yang kurang hawkish dibandingkan perkiraan pasar.

Baca Juga  BSI Proyeksikan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Bisa Tembus 8%

Pasar juga masih menanti pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden dan Presiden China, Xi Jinping pada pekan ini, tepatnya di San Francisco pada 15 November 2023.

Pertemuan tersebut, yang sebelumnya belum dikonfirmasi, diperkirakan tidak akan menghasilkan kesepakatan besar. Namun, pertemuan itu disebut bertujuan untuk menghindari konflik antara China dan AS

Biden dan Xi juga disebut akan membahas sol krisis global yang mendesak seperti perang Israel-Hamas dan invasi Rusia ke Ukraina. Selain itu, terdapat ketegangan terkait Taiwan yang menjadi titik konflik.

Adapun kedua pemimpin itu terakhir bertemu pada November 2022 di Bali, Indonesia. Setelah itu, hubungan kedua negara menjadi kembali buruk.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah bervariasinya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupnaik 0,16%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup terkoreksi. S&P 500 turun tipis 0,08%, sedangkan Nasdaq melemah 0,22%.

Wall Street dominan ditutup terkoreksi karena investor menahan napas sebelum pembacaan inflasi penting yang dapat memberikan petunjuk mengenai berapa lama bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi.

Setelah indeks menikmati reli yang solid pada perdagangan Jumat pekan lalu, kini pasar mengalihkan fokusnya ke data inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS, yang akan dirilis pada Selasa pagi.

Para ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 3,3% pada Oktober lalu, turun dari 3,7% pada September. Namun CPI inti diperkirakan tidak berubah dari bulan sebelumnya.

“Data inflasi bersama dengan pasar tenaga kerja jelas merupakan faktor penentu dalam hal-hal yang penting bagi pasar keuangan, karena hal ini menentukan arah kebijakan The Fed selanjutnya,” ujar Matt Stucky, kepala manajer portofolio ekuitas di Northwestern Mutual Wealth Management Company di Milwaukee, Wisconsin, dikutip dari CNBC International.

Perangkat FedWatch CME Group menunjukkan pelaku pasar memperkirakan hampir 86% kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50% pada Desember mendatang.

Baca Juga  Gatotkaca Kembar Sigap Bebersih Terminal Tirtonadi

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


The Fed Tahan Suku Bunga, Bursa Asia Dibuka Menghijau

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *