Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Rabu (8/11/2023), karena investor masih mengamati lebih banyak data ekonomi di global untuk membantu memberikan lebih banyak arah pada pasar saham.
Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang dan ASX 200 Australia yang dibuka di zona hijau, masing-masing 0,23% dan 0,14%.
Sedangkan sisanya dibuka di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,33%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,21%, Straits Times Singapura ambles 1,34%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,28%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah masih menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmenguat 0,17%, S&P 500 bertambah 0,28%, dan Nasdaq Composite berakhir melesat 0,9%.
Saham-saham teknologi di AS kembali bergairah dan menopang indeks Nasdaq kemarin, ditopang oleh melandainya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury)
Pada perdagangan kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun kembali melandai 0,6 basis poin (bp) menjadi 4,565%, dari sebelumnya pada perdagangan Senin pekan ini di 4,571%.
Yield Treasury semakin menjauhi level tertingginya sejak 2007 dan membuat pasar saham Negeri Paman Sam dan tentunya global kembali bergairah.
Investor semakin optimistis setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga pada pertemuan mereka minggu lalu.
Optimisnya pasar akan The Fed yang semakin melunak juga dibuktikan dengan prediksi pasar bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan terakhir tahun ini yakni Desember.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, 90,3% investor yakin The Fed akan kembali menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan bulan depan yang juga menjadi pertemuan terakhir di tahun ini.
Di lain sisi, investor global akan memantau pidato Ketua The Fed, Jerome Powell dalam acara perayaan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik AS.
Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.
Konferensi pada tanggal 8 November akan fokus pada masa lalu, masa kini, dan masa depan divisi ini. Pembicara unggulan termasuk Ketua Powell, Wakil Ketua Jefferson, dan Presiden dan CEO Federal Reserve Bank of New York, John C. Williams.
Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Inflasi AS Turun Lagi, Bursa Asia Dibuka Bergairah
(chd/chd)
Quoted From Many Source