Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah gempuran tekanan dari AS perihal sikap hawkishnya.
Merujuk dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.475/US% atau menguat 0,06% terhadap dolar AS meskipun beberapa menit setelahnya rupiah malah balik melemah hingga hampir menyentuh level psikologis baru tepatnya di angka Rp15.495/US$.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (27/9/2023) pun mengalami pelemahan menjadi 106,18 jika dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di posisi 106,23.
Tekanan pasar keuangan terjadi karena sentimen eksternal dari Amerika Serikat (AS). Wajar pelaku pasar masih terkesan ketar-ketir, sebab inflasi AS kembali nanjak. The Fed diperkirakan masih akan ‘gila’ meskipun pekan lalu memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar.
The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Berdasarkan perangkat FedWatch, survei menunjukkan 23,7% The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada FOMC November. Sementara pada FOMC Desember, persentasenya mengalami peningkatan menjadi 34,3% untuk The Fed mengalami peningkatan menjadi 5,50-5,75%.
Hal ini The Fed lakukan untuk memenuhi target inflasi AS yakni 2%. Untuk diketahui, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.
Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga, atau setidaknya mempertahankannya pada tingkat yang lebih tinggi, jika inflasi tidak berada pada lintasan yang lebih rendah secara berkelanjutan, sebuah realitas yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Sementara dari dalam negeri, ada aktivitas repatriasi dividen dari sederet perusahaan yang secara nilai lebih besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, meski lebih rendah dari Mei 2023.
Pada Selasa (26/9/2023), Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto mengatakan kepada CNBC Indonesia, bahwa selain aspek global sebagai penyebab pelemahan rupiah, juga ada dampak dari repatriasi deviden, khususnya akhir bulan ini akan ada kebutuhan dolar AS yang mendorong pelemahan rupiah.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menambahkan, periode pencairan dividen setiap tahunnya terjadi pada Mei dan September 2023. Mei untuk dividen pertengahan tahun, sedangkan September keseluruhan tahun.
Permintaan dolar AS di dalam negeri akan meningkat 1-2 bulan sebelum pencairan dividen. Ini juga yang menjadi alasan rupiah berada dalam tren pelemahan hingga saat ini, selain efek sentimen global.
Kendati demikian, BI menyatakan pelemahan ini terjadi sementara. Fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
BI Punya Senjata Baru, Rupiah Terbang ke Level Terbaik 8 Hari
(rev/rev)
Quoted From Many Source